Adab Bertamu, Biar Hatimu Bersih

Monday, January 6, 2020



Kalau baca berita akhir-akhir ini rasanya gemes sekali ya, mendengar banyak saudara muslim yang sedang berjuang melawan tekanan dari pihak luar. Di India, Uyghur, Syiria, Myanmar, dll.. rasanya sedih, kesal, dan marah pastinya.
Muslim itu kan ibarat satu tubuh, penderitaan yang saudara kita alami pasti punya efek juga pada diri sendiri, entah itu di pikiran atau hati.


Tapi, berita-berita itu juga mengingatkan aku kepada khutbahnya NAK yang Muslim Under Pressure. Dan penjelasan beliau membuat aku jadi lebih paham, bahwa harga sebuah keimanan itu memang mahal banget. Dan pressures yang terjadi kepada muslim, bukan hanya pada masa ini aja.

Yap, sejak jaman nabi Nuh pressure kepada orang beriman itu selalu ada. Mulai dari ledekan, hingga kekerasan fisik. Dan seperti yang kita semua tahu, bahkan Rasulullah pun mengalaminya. Bahkan yang lebih parah, tekanan itu ga hanya datang dari pihak luar, tapi juga dari pihak dalam. Orang-orang yang ngakunya beriman, tapi suka cari-cari kesalahan saudaranya, menyerang dengan kata-kata. Merekalah para munafikin. The hypocrites!

Kaya tubuh manusia aja, kita udah hati-hati banget nih pas berkendara biar ga jatuh atau tertabrak. Tapi kemudian pas lagi asik ngegas, kita terkena panick attack karena penyakit lambung, dan kemudian olenglah kendaraan kita sampai akhirnya jatuh sendiri. Jatuh karena serangan dari dalam, dari organ tubuh (yg diakibatkan kesalahan sendiri yg suka makan sembarangan :().

Nah, serangan dari dalam diri sendiri ini yg paling bahaya.. karena kita suka ga sadar, ujug2 sakit aja gitu . Beda kan, kalo ada orang yang jelas-jelas pengen lempar batu ke kita. Serangannya keliatan.

Di dalam komunitas muslim juga ada kok orang2 yg kaya gitu, sekarang malah keliatan banget bangga nunjukin diri. Sebagai muslim kita harus paham, sadar, dan pelajari tanda dan ciri kaum munafik ini. Biar ga jatuh ke dalam lubang yang sama, biar ga jadi salah satunya.

Sekitar 23 tahun setelah turunnya Al-Qur'an, pada masa Rasulullah berhijrah ke Madinah, kaum muslimin juga mengalami yang namanya tekanan dan ancaman oleh musuh di luar kota tersebut. Diceritakan juga, bahwa mereka merencanakan akan menyerang dan membantai kaum muslimin yg saat itu berpusat di Madinah. Iya, semacam genocide.
Dan ga hanya dari luar, Rasulullah juga harus berurusan dengan kaum munafik. Mereka yang hatinya berpenyakit. Bagaikan virus berbahaya, kaum ini kerjaannya menggerogoti dari dalam. Dan bagi suatu komunitas, merekalah masalah sesungguhnya.

Lalu, turunlah sebuah cahaya. Surat An Nur. Yang merupakan obat bagi hati yang sakit.
Ayat pertama surat ini bahkan menegaskan kewajiban untuk mengikuti petunjuk-petunjuk didalamnya (ga ada ayat lain yang setegas ini loh pembukaannya), dan mendeskripsikan cahaya Allah dengan satu tujuan: untuk memelihara cahaya Allah tersebut dalam hati kita.
Karena, kalo cahaya dalam hati tersebut redup, maka cahaya dalam lingkungan kita pun akan redup.

Yuk sekarang, kita bahas tentang suatu perintah yang Allah tunjukan dalam ayat 27-28 Surat An Nur ini. Perintah yang kelihatannya mudah, tapi bisa membersihkan hati kita para muslim. Tentang forgotten manners.
Adab yang terlupakan. Apa sih?

Allah SWT berfirman:

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَدْخُلُوْا بُيُوْتًا غَيْرَ بُيُوْتِكُمْ حَتّٰى تَسْتَأْنِسُوْا وَتُسَلِّمُوْا عَلٰۤى اَهْلِهَا ۗ ذٰ لِكُمْ خَيْرٌ لَّـكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat."
(QS. An-Nur 24: Ayat 27)

Di ayat ini Allah menyebutkan rumah dengan kata بُيُوْتًا atau biasa kita pakai "bait" yang ternyata berakar dari kata باتا yang artinya kurang lebih bermalam. Dan gelapnya malam itu identik dengan menutupi dan melindungi privasi kan..
So, kata rumah disini juga memiliki arti yang lebih luas selain rumah.
Dan itu adalah privasi.
Nah, adab yg terlupakan itu adalah menjaga privasi orang lain. 

Disini Allah memberikan contoh, bagaimana kehidupan Rasulullah sebagai seorang pemimpin yang seringkali dikunjungi sahabat untuk menanyakan masalah agama dan kehidupan. Terkadang, beberapa sahabat memasuki rumah Rasulullah dengan terburu-buru. Dan itu ternyata mengganggu Rasulullah. Namun, karena hati Rasulullah ini baiiik banget, beliau ga marah dan ga bisa melarang.
Sampai-sampai Allah menegur langsung melalui ayat ini.

Meminta izin saat memasuki rumah orang lain termasuk adab yang baik. Ga hanya rumah aja sih, kehidupan juga gitu. Kita ga boleh dengan tiba-tiba masuk mencampuri urusan ornag lain.
Bahkan saat ada dua orang teman yg sedang ngobrol pun, ga sopan loh kalo ujug-ujug ikutan nyamber obrolannya atau interupsi.
Karena jelas akan membuat orang lain merasa tersinggung, dan memberikan kesan bahwa pembicaraan mereka tidak berarti apa-apa.

Selanjutnya, masih dalam ayat tersebut. Setelah meminta izin jangan lupa ucapkan salam.

Sebagai muslim yang berarti 'the one who offers peace', maka salam tidak hanya ucapan lisan aja loh. Salam adalah suatu perjanjian bahwa kita akan memberi keamanan secara lisan, tulisan dan tindakan.
Jujur aja deh, pernah ga kita main ke rumah orang lain terus ternyata rumahnya dia tuh berantakan banget. Nah kita usil, terus chat teman-teman yg lain ngabarin betapa berantakannya rumah si A.
Kalo kita masih begitu, berarti kita belum memberi salam kepada saudara kita. Belum jadi seorang muslim yang memberikan kedamaian pada saudaranya.
Jadi inget hadits ini kan..
“Yang disebut dengan muslim sejati adalah orang yang selamat orang muslim lainnya dari lisan dan tangannya."

Ah, keliatannya sepele banget cuma ngomong "assalamu'alaikum" tapi ya ternyata makna dan tujuannya itu deep banget. 

Lanjut ke ayat setelahnya..
Allah SWT berfirman:

فَاِ نْ لَّمْ تَجِدُوْا فِيْهَاۤ اَحَدًا فَلَا تَدْخُلُوْهَا حَتّٰى يُؤْذَنَ لَـكُمْ ۚ وَاِ نْ قِيْلَ لَـكُمُ ارْجِعُوْا فَا رْجِعُوْا ۚ هُوَ اَزْكٰى لَـكُمْ ۗ وَا للّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ عَلِيْمٌ
"Dan jika kamu tidak menemui seorang pun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu, Kembalilah! Maka (hendaklah) kamu kembali. Itu lebih suci bagimu, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
(QS. An-Nur 24: Ayat 28)

Disini jelas banget loh, bagaimana caranya kita sebagai tuan rumah dan juga tamu ketika sudah overtime main.
Kalo orang Jawa relate banget nih kayanya, udah capek tapi pakewuh mau ngusir. Hehe. Pake sindiran halus liat-liat jam, tetap aja tamunya ngecuprus ga berhenti. Hehe.
Terus gimana?
Allah bilang to the point aja, bilang kalo waktunya pulang. Dan sebagai tamu, ketika empunya rumah udah bilang begitu, yaudah langsung pulang jangan baper. Itu adab seorang muslim.

Ini keliatan kecil ya, adab bertamu dan menerima tamu. Sekedar mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Tapi ini penting banget loh. Ga mungkin ga penting, karena Allah aja sampai memasukkan nya kedalam Al-Qur'an sebagai petunjuk untuk membersihkan hati kita dari bibit-bibit penyakit kemunafikan.

So, mulai sekarang yuk perhatikan dan amalkan adab-adab kecil untuk menjaga cahaya Allah tetap menyinari hati kita. 


Source: Forgotten manners khutbah by Nouman Ali Khan | Bayyinah Institute YouTube Channel

No comments:

Post a Comment