Tepat di bulan Mei tangal dua puluh enam lalu saya resmi
jadi seorang istri dari Fahmi Iqbaldi. Akad nikah kami diadakan di rumah saya,
sementara resepsinya berlangsung di sebuah gedung dekat rumah. Alhamdulillah,
proses acaranya berjalan lancar dan khidmat.
Saya sangat bersyukur mengingat pernikahan kami memanglah
sesuatu yang saya tunggu di satu tahun kebersamaan dengan title “pacaran”. Ya.
Kami memang baru satu tahun pacaran saat Fahmi mengutarakan akan membawa
keluarganya ke rumah saya untuk berkenalan.
Saat perkenalan, masing-masing keluarga kami menyadari bahwa
saya dan Fahmi belum cukup “mapan” untuk berlabuh dalam biduk pernikahan (ecie
bahasanya). Saya yang hanya seorang pengajar di sekolah swasta di Jakarta,
sementara Fahmi yang juga merupakan guru olahraga di salah satu SMA negeri di
Pekalongan, juga memiliki kendala dalam jarak (dari awal pacaran kami memang
sudah LDR-an sih) yang akhirnya saya putuskan dengan mantap untuk menghilangkan
kendala tersebut dengan resign dari pekerjaan jika menikah nanti dan langsung
pindah lalu ikut suami di Pekalongan.
Tetapi, entah karena memang kasihan melihat anak-anaknya
sudah mupeng banget ingin menikah (HAHAHA) atau memang ingin sekali melihat
kami menikah, keluarga pun menyetujui dan bahkan menyegerakan pernikahan
tersebut. Dengan keyakinan penuh didalam hati kami masing-masing bahwa Allah
akan membantu dan mencukupkan pasangan yang menikah dengan niat baik
karena-NYA.
Proses dari acara lamaran yang berlangsung di bulan Desember
sampai ke acara inti-akad nikah di bulan Mei, kami persiapkan sambil
membereskan pekerjaan-pekerjaan di sekolah yang belum selesai. Belum lagi,
karena saya masih mengajar di Jakarta, bolak-balik antar Jakarta-Pekalongan
tiap bulan saya lakukan. Bahkan, urusan membeli seserahan dan seragam nikah pun
mencarinya di dua kota tersebut.
Sekali lagi saya bersyukur karena sekarang dua bulan telah
berlalu sejak kami sah menjadi pasangan di hadapan Allah.
Sebagai pengantin baru atau newly married couple wajar rasanya
merasakan kegembiraan yang agak berlebihan J. Tiap hari bikin
status tentang kebersamaan bareng suami lah, ngeposting foto sedang berduaan
saat bulan madu lah, dan segudang kegiatan yang bikin sebel temen yang belum
menikah lainnya. Tapiii, harap maklum ya namanya juga pengantin baru, perasaan
gembiranya saya rasakan sendiri memang agak lebay.
Dulu, waktu saya belum menikah juga agak merasa risih tiap
melihat postingan teman yang pamer kebersamaan bareng suaminya. “dasar
pengantin baru” itu pikiran jahat saya, “iya sih baru menikah tapi biasa aja
keleuuss”. HAHAHA, ternyata cemoohan saya balik lagi ke diri sendiri karena
akhir-akhir ini saya pun sering pamer sana-sini kalau lagi bareng suami.
Semacam karma, karena mungkin saja ada satu-dua teman yang risih saat membaca
status dan melihat postingan foto saya.
Sebenarnya, apa yang di-share oleh kami di dunia maya
sebagai pengantin baru adalah symbol rasa bahagia dan bersyukur. Memang, saya
akui setelah menikah apa yang saya lakukan berdua dengan suami terasa lebih
seru dibanding saat pacaran dulu entah itu menonton bioskop atau sekedar makan
malam di emperan kaki lima. Keseruan itulah yang benar-benar saya syukuri dan
membuat perasaan jadi lebih bahagia sehingga timbul ide untuk membaginya
melalui postingan-postingan dalam media sosial. Benar-benar tanpa maksud pamer
atau sok eksis.
Selama ini, saya tidak jauh berpikir apakah kebersamaan
pasangan menikah yang di-share di media sosial mengganggu teman-teman yang
belum menikah. Hingga suatu saat saya membaca status-status teman yang belum
menikah tentang kegundahan hatinya. Belum lagi ketika saya tidak sengaja
menangkap tulisan teman yang kecewa saat pasangannya belum juga melamar.
Saya sendiri tidak serta merta menghubungkan, bahwa
kegembiraan para pengantin baru memberi efek
kegalauan berlebih pada teman yang belum menikah. Sungguh ironis kalau
begitu adanya, karena secara pribadi saat saya belum menikah dulu tidak pernah
terbesit kegalauan yang berlebih ketika seorang teman dekat menikah. Saya
bahagia melihat mereka menikah, Cuma ya agak sebel kalo membaca status
“berduaan”nya. Lebay banget lah ya.
Bagi saya waktu dulu ketidak galauan berlebih bukanlah
bentuk rasa “bodo amat lah mau menikah kek mau enggak kek”-nya seorang wanita
yang masih sendiri. Tidak galau berarti kita sabar menunggu jodoh yang sudah di
tetapkan Allah. Saya sendiri melihat contoh langsung dari kakak perempuan saya
yang menikah saat umurnya menginjak 27 tahun. Dia adalah seorang wanita yang
hebat menurut saya, karena kesabarannya menunggu dan kerapihannya menjaga
perasaan galau.
Pada akhirnya, kakak saya pun menikah bukan, dan bagaimana
dia bertemu dengan jodohnya sungguh merupakan kisah yang menurut saya “still a
better love story than twilight”.
Kisah nyata yang saya liat dari seorang kakak perempuan
itulah yang selama belum menikah saya pegang erat-erat. Keyakinan penuh
terhadap janji Allah, bahwa setiap mahluk hidup di dunia ini diciptakan
berpasangan, saya jadikan pelipur hati saat gundah melanda. Karena, dalam
perjalanan untuk menikah pun saya memiliki kisah yang membutuhkan kesabaran dan
penerimaan dengan lapang dada.
Sebenarnya saya juga ingin melihat semua teman wanita yang
saya kenal bisa merasakan asyiknya menikah muda. Tapi memang Allah sudah
merancang dengan apik takdir dari tiap manusia. Saat ini, saya berusia dua
puluh empat tahun dengan suami yang memiliki usia yang sama, lain lagi kisahnya
dengan teman yang sebaya namun masih mengejar mimpi hingga keluar negeri.
Setiap manusia, laki-laki dan wanita memiliki jalannya
sendiri. Teman, sesunguhnya kegundahan kalian yang belum menikah membuat saya
tidak enak hati lagi memposting ini-itu tentang kebersamaan dengan pasangan
karena takutnya membuat kalian bertambah galaunya. Sekali lagi, sebenarnya
tanpa bermaksud pamer saya pribadi sedang menunjukan bahwa kegembiraan versi
yang baru menikah terkadang sederhana saja seperti makan siang yang ditemani
suami. Suatu kegembiraan yang terkadang diremehkan saat masih belum menikah.
Secara pribadi menikah memang membuat saya merasa mudah mensyukuri hal-hal
kecil . indah kan?
Sekedar motivasi bagi teman-teman yang sudah ada calonnya
tetapi sedang bingung ingin menikah kapan. Mungkin dengan adanya postingan saya
dan para pengantin baru lainnya makin memantapkan hati untuk menyegerakan
pernikahannya. Ikutlah berbahagia dengan teman-teman yang sudah menikah, saya
yakin doa dan ucapan dari teman-teman saat pesta pernikahan yang berharap bahwa
saya akan berbahagia di kehidupan baru bersama suami juga akan berbalik kepada
si pendoa-nya. Dan saya yakin juga, teman-teman yang lebih baik dan cantik di
waktu yang tepat akan menikah dan berbahagia juga dengan pasangannya
masing-masing.
No comments:
Post a Comment